Kapan airbag berkembang dan letak sensornya.

Seatbelt atau sabuk keselamatan merupakan fitur standar yang harus ada di semua mobil. Namun, tahukah Anda jika kantong udara (airbag) juga berfungsi sebagai fitur keselamatan tambahan, yang dapat melindungi pengemudi dan penumpang dari benturan keras?

Kapan airbag berkembang dan letak sensornya.
Kapan airbag berkembang dan letak sensornya.

Umumnya, kantong udara muncul dari roda kemudi atau dashboard mobil. Kantong udara ini tidak akan menghalangi pernapasan penumpang karena material yang digunakan berupa nilon tipis dengan lubang-lubang kecil

Ketika tabrakan terjadi, sensor mobil yang ditempatkan di bagian depan langsung mengirimkan sinyal dan membuat kawat menjadi panas. Pemanasan ini menghasilkan sejumlah gas nitrogen yang mengisi airbag dan membuat kantong mengembang.

Setelah kepala pengemudi membentur airbag, nitrogen lantas keluar dan secara perlahan membuat kantong udara mengempis.

Menurut Department Technical Service Division PT Toyota Astra Motor (TAM), Iwan Abdurahman, airbag tidak hanya ada pada pengemudi dan penumpang depan, karena jumlah kantong udara tergantung model mobil. Oleh karena itu, airbag bisa juga diletakkan di dekat lutut, curtain, samping, dan lain-lain.

Kata Iwan, kecepatan kendaraan yang menyebabkan airbag mengembang bisa berbeda-beda, tergantung juga jenis benda yang ditabrak. Semakin kokoh benda yang ditabrak, maka kecepatannya bisa semakin rendah.

“Selain itu arah tabrakan. Apabila kita menabrak saat kondisi miring, dibutuhkan kecepatan yang lebih tinggi dibandingkan tabrakan frontal,” ungkap Iwan kepada Liputan6.com, beberapa waktu lalu.
Iwan menjelaskan, airbag memiliki dua jenis sensor. Pertama, sensor depan yang terletak di sekitar headlamp. Sensor ini akan mendeteksi tabrakan arah depan. Kedua, sensor tengah terletak di dalam kabin, tepatnya di bawah lantai di bawah audio.

“Jika tabrakan yang terjadi begitu besar, energi atau getaran tabrakan akan terus ke kabin dan dideteksi oleh sensor ini. Artinya, tabrakan yang terjadi harus cukup kuat untuk mengaktifkan airbag tersebut,” kata Iwan.

Pegiat keselamatan sekaligus Kepala Instruktur Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC), Jusri Pulubuhu, mengungkapkan parah atau tidaknya kecelakaan bisa dilihat dari bukti kondisi kerusakan kendaraan.

Tabrakan tidak seketika dapat membuat airbag mengembang bila mobil dipacu dengan kecepatan di bawah 20 km/jam.

“Kalau kecepatan di atas 20 km/jam, maka bisa kita lihat dari terburainya airbag yang ada. Sensor airbag akan (mengirimkan sinyal untuk) meledak (saat mobil) menghajar sesuatu dengan momentum yang setara dengan kecepatan 20 km/jam ke atas,” ucap Jusri

Comments

Informasi Penting

Aksesoris

Modifikasi

Tips

Bengkel